TANYAKAN PADA HATIMU SIAPA YANG TERBAIK
Sepertinya
saya sudah malas menceritakan perjuangan yang saya tempuh selama empar tahun,
karena tentu masih banyak hal yang harus saya selesaikan. Terik matahari tangl
29 september tak menyurutkan niatku untuk meninggalkan momen mengambil gambar
bersama keluarga dan kawan-kawanku. Walau sebenarnya masih ada kawanku yang
meresa dihianati karena saya telah diwisuda terlebih dahulu. Malam menyapa,
sepertinya malam ini ada yang aneh dengan sang ibu, dan memang seperti itu.
Ternyata ibuku bertanya kepadaku “apakah kamu masih mau tinggal padahal om mu
di kampung menunggu bantuanmu” sapa lembut ibuku. Aku terdiam tanpa kata,
rasanya tak mampu ku jawab pertanyaan ibu. Sebab, berat rasanya ku tunggalkan
Makassar, UIN, dan kawan-kawanku. Pun saya terhentak ketika ibuku menambah
pertanyaannya “kalau kau disini kau mau kerja apa nak?”tanya ibuku. Oh Tuhan
sungguh berat pertanyaan ibuku. Tapi cobaku jawab “nanti akan rudi kasi
keputusan sebab rudi baru mengikuti tes pengelolah web fakultas dan rudi juga lagi
melatih puisi anak SMK” pintahku. Kedua alasan itu mungkin menurutku sangat
ampuh agar aku tak kembali pulang bersama ibuku. Yah, hari minggu tanggal 2
Oktober 2011 aku megikuti tes untuk jadi pengelola web fakultas yang menaungi
aku kuliah dahulu. Dan saya berharap sekali agar bisa lulus supaya bisa
bertahan di Makassar karena saya masih sangat ingin belajar disini. Sedangkan alasan
kedua memang sengaja saya ambil untuk menutupi kegelisahanku dan memang saya
adalah pelatih puisi dari dulu di SMK tersebut, hitung-hitung tambah uang
jajan.
Tiap
hari ku intip pengmuman di Web UIN “ apakah aku lulus”, sebab kemarin ibu sudah
menanyakan keputusanya. Duh, sepertinya ini pilihan yang sulit. Sesekali ku
masuki ruangan Dekan Fakultas Tarbiyah, dan bertanya pada ajudannya namun tetap
nihil sebab belum ada berita tentang siapa yang akan diterima di web fakultas
tersebut. Yah dari pada tidak ada yang kudapat di dalam ruang Dekan, dimeja
terlihat sebuah Koran edisi sabtu yang memuat tentang Lowongan Pekerjaan.
Sepertinya ada lowongan yang menarik dengan sedikit keberanian saya minta pada
ajudan tersebut agar bisa digunting. Emang dasar orang sepertiku.
Hari
ini tak ada hasil, yang ada ibu masih
bertanya tentang hal yang sama kepadaku “kalau tak ada yang pasti dengan apa
yang kau kerjakan di sini (Makassar) lebih baik kau pulang” pintah ibuku. Tak
ada kata yang bisa saya jawab sebab saya sangat berharap saya bisa bekerja dan
mengabdi di fakultas. Saya juga tak bisa memohon pada pimpinan sebab
keinginanaku biarlah oranglah yang menilai kemampuan saya bukan kedekatan atau
atas nama apalah, sebab pada akhirnya jika aku bekerja atas dasar paksaan
mungkin tak ada kepropesional dalam pekerjaan. Saya yakinkan ibukku bahwa saya
akan bekerja di sala satu BANK swasta, kebetulan ada lowongan sebagai costumer
servis. Bagi saya pekerjaan seperti itu membuat saya senang sebab suara saya
meyakinkan. Sepertinya saya sedikit sombong. Namun ibu tetap ngotot “kalau kau
kerja di kampus, saya percaya, karena kau latar belakangmu dari sana, nak”. Aku
diam tanpa kata sebab suara ibu makin meninggi, mana mungkin kubantah ibu sebab
ku tahu doanya amat mujarab dan saya yakin itu. Wajahnya begitu tak rela
melepasku disini (Makassar) tanpa pekerjaan yng jelas, “besok dilihat mama,
mudahan lulus jadi pengelola web fakultas, kalau tidak lulus berarti rudi siap
pulang, tapi mama rudi masih berat meninggalkan Makassar, sebab banyak sekali
yang masih banyak yang harus rudi pelajari” jawabku meyakinkan ibu.
Esok
harinya, pagi menyapaku dan mengajak
kaki ku tuk melangkah ke kampus. Sebab saya harus mengurus beberapa surat-surat
penyelesaian kuliahku. Disela-sela kesimbukanku di kampus saya sempatkan
mengintip berita tentang pengumuman yang akan jadi pengelola web fakultas. Dan
setelah kubaca, betapa kecewa, bercampur sedih, bercampur rasa akan kehilangan
segalanya. Nama saya tak tercantum untuk tes kedua. Tapi sekali lagi hari itu
tak kutampakkan kekecewaan ku sebab tak ada gunanya. Tapi rasa akan berpisah
dengan seluruh cita-cita ku akan hilang. Saya mungkin tak akan bisa belajar
banyak. Mungkin jika aku perrgi maka kreatifitasku tak biasa terhepas sebab
disana (bima) saya harus bercumbu kembali dengan aturan keluarga. Duh Tuhan,
mungkikah ini Doa ibuku agar aku kembali. Apakah ini bertanda aku tak layak
jadi seseorang yang penting dikampus karena mungkin kekurangan lebih banyak
daripa kelebihanku.
Kutapik
rasa sedihku. Dan seketika ku ambil Hp dan saya sms ibuku “mama, rudi jadi
pulang”.tapi sebenaranya akau akan pergi meninggalkan kesedihan yang amat
dalam.
Maka
diakhir tulisanku yang amat amburadur ini, saya hanya ingin bertutur tentang
sebuah pengorbanan. Saya dibangun kesabaran atas nama organisasi dan saya
membangun cinta atas nama persahabatan, saya membangun kasih sayang atas nama
kejujuran. Jika kawan-kawanku tak mampu lagi mendengarkan tawaku yang khas, maka mungkin akan nada yang
bisa menggantikanku. Tapi jika kalian disuruh memilih dua diantara laki-laki
yang menyentuh hidup maka pilihlah sesuai hatimu. Tapi izinkan ku berkata
jangan mengenalku hanya diluar sebab itu bingkai kobohonganku”.
Komentar