“WANTED” SMA SINAR KOMODO LABUAN BAJO
Suasana Belajar Di SMA Sinar Komodo |
Sekolah adalah sebuah wadah, sarana, tempat diperolehnya
sebuah pengetahuan baru dan tentu terjadi proses belajar mengajar yang sangat
efektif. Di sekolah pula terjadi komunikasi yang baru antara semua pihak baik
guru, siswa maupun masyarakat. Terlepas dari devinisi yang sesungguhnya saya
berkesimpulan bahwa sekolah adalah suatu tempat dikatakan Sekolah jika memiliki
gedung, siswa dan guru serta terjadinya kegiatan belajar mengajar (KBM). Namun
bagaimana dengan proses pembentukan sekolah di masyarakat, perlukah kita dukung
atau kita berpaling lebih menyetujui pemebentukan sebuah hotel, atau sekelas restoran?
Manggarai Barat adalah sebuah Kabupeten yang memiliki
karakter tersendiri serta aset wisata yang sangat menguntungkan, tentu perlu
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berkompeten serta profesional di
bidangnya agar mampu mengelola dengan baik aset-aset yang ada. Dari sinilah
sebuah terobasan baru, sebuah ide cemerlang lahir dari putra daerah Manggarai
Barat dan beberapa lulusan terbaik Manggarai Barat untuk membangun sebuah
tempat pendidikan yang mana bertujuan membentuk karakter anak-anak manggarai
barat agar mampu mengelola dan bersaing aset-aset daerahnya. Tak perlu
mencari donatur dari luar sebab akan terdapat tujuan khusus, tak perlu mencari
pengajar profesional seba masih ada lulusan daerah manggarai barat.
Sehingga dari semangat itulah sebuah yayasan sekolah umum
berdiri di jantung kota labuan bajao bernama Sinar Komodo, yayasan ini menaungi
sekolah umum yaitu SMA Sinar Komodo Labuan Bajo dan aktifitas KBM terjadi pada
juli 2011 dan sekarang memasuki tahun kedua. Semangat yang gigih dari seorang
ketua yayasan dan guru-guru adalah motivasi besar membangun sekolah tersebut.
Hanya sebuah keinginan bersama mencerdaskan anak-anak bangsa terutama
putra-putri daerah Manggarai Barat.
Namun semangat itu kian hari kian teruji, sebab tidak
serta merta pendirian Sekalah tersebut dapat di terima secara baik, “saya pikir
semua orang akan setuju dengan pembentukan sekolah baik masyarakat maupun
pemerintah setempat dan melengapi kekurangan, seperti Turis asing yang
membangun agen travel di kota ini (labuan bajo)”, namun pikiran saya hanya
sebuah ilusinasi. Pro kontra terjadi awal berdirinya serkolah tersebut, ada
yang setuju dan ada yang tak setujuh dan kekuatan yang tak setuju yang lebih
banyak ketimbang yang setuju sehingga yayasan dan para guru seperti sebuah
pohon yang baru tumbuh akan melalui proses pertubuhan yang panjang adan akan
hidup dengan bagus ketika unsur hara serta penunjang fotosisntesis memenuhi
kebutuhan pohon tersebut, tetapi semua serba kekurangan pohon itu akan tersepak
jauh dan tak mampu berdiri kala angin datang menerpa. Dalam tulisan ini akan
saya paparakan sebuah kegelisahan atas pertubrukan perasaan dalam mebangun
sekolah di Kabupaten Manggaerai Barat ini.
“WANTED”
SMA Sinar Komodo
Saya memberikan ilustrasi cerita, dalam sebuah kaus besar
ambilah contoh kasus pembunuhan, tak kala seorang pembunuh dijatuhi sangsi
hukuman mati dan ini adalah sebuah keputusan yang tak bisa diganggu gugat, nah
tentu tersangka/pembunuh tersebut akan mengalami ketakutan yang kuat hingga dia
berkeputusan untuk melarikan diri, nah larilah si pembunuh ini, maka insitusi
kepolisian menjadi geger karen pembunuh tersbuh adalah pembunuh yang sangat
sadis. Tentu berbagai cara akan di lakukan pihak kepolisisan untuk mencari
buronan tersebut, salah satrunnya menempel brosur atau mengiklannya kan di TV
dengan tulisan “WANTED”, dan kata Wanted dimasyarak adalah kata yang
menakutakan yang selalau mengarah pada kejahatan. Lalu bagaiamana jika kata
Wanted tersebut di posisikan pada sekolah dimana terjadi proses KBM dimana
terdapat guru dan murid, dimana terdapat gedung penunjang, apakah harus di
Wanted?
Membangun sebuah peradaban yang baik di daerah ini
seperti disamakan dengan memebangun peradaban yang jahat. Setidaknya saya bisa
mengatakan kejahatan lebih utama ketimbang sebuah perbaikan membentuk karakter
bangsa. Kesadaran untuk menciptakan generasi penerus dan mengabil tongkat
estafet daerah ini (manggarai Barat) adalah tujuan pendidikan dibentuk bukan
menjadi modal proyek atau untuk sebuah terobosan kejahatan.
Pun saya tercengang dan kaget kala sekolah yang saya
tempati mengajar di datangi Sat pol PP. Dengan wajah bengis pria berkumis itu
meneremehkan keberadaan sekolah serta menjatuhkan mental anak murid kami. Kami
di wawancarai kala itu, seolah-olah saya dan murid murid ku adalah buronan
kepolisian. Tak sedikitpun saya gentar sebab saya tahu apa yang saya lakukan
dengan ketua yayasan dan guru-guru yang lain bukalah tindakan kriminal dan
bukan pedagang kaki lima yang harus diusir paksa atau hewan ternak dijalan yang
harus di singkirkan oleh aparat pol PP.
Saya dan teman guru serta siswa-siswa kami diceramahi
seperti pengkhutbah, bahkan raut wajah mereka tak sedikitpun tersenyum. Dari
mulut salah satu anggota sat Pol PP tersebut mengatakan “segel saja sekolah ini”,
sebuah terobosan kata yang menyakitkan dari seseorang yang bisa membaca dan
mernulis dari sebuah sekolah. Dan saya berfikir anggoata sat Pol PP tersebut
tak pernah mengenal sekolah sebab dengan lantang di berkata harus menyegel
sekolah yang menghasilkan peradaban manusia yang brkualitas.
Kami bukan pedagang kaki lima, bukan pula hewan ternak
yang berkeliaran di jalan umum, kami adalah perangkat sekolah yang turut
mengikuti tujuan UUD 45 tentang mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi sayang, di
hadapan sang pembela rakyat tersebut ( Sat Pol PP) kami adalah hewan ternak
yang berkerliaran di jalan dan harus disingkirkan. Bukannkah di daerah ini
(labuan bajo dan sekitarnya) banyak tempat maksiat yang hasus di segel,
kios-kios yang menjual minuman beralkohol, lalu kenapa semua hal itu dibiarkan
padaha tempat tersebut adalah sumber kerusakan anak bangsa .
Jika kala itu tak ada siswa di sampingku, mungkin saya
akan menangis dan berteriak tentang sebuah kebijakan yang salah, anak didik
kami diteror, anak didik kami ditakuti, anak didik kami dikecam, Tuhan
mudah-mudahan anak didik kami tetap kuat dan tetap belajar menggapai
cita-citanya.
Izin
Operasional Di Batalkan (Masalah Luas Tanah)
SMA Sinar Komodo Tahun ini menjadi Tahun kedua untuk
pembukaan pendaftaran baru, dan puji Tuhan masi ada yang singgah untuk menuntut
Ilmu disana, 18 orang siswa/i ini adalah harapan kami guru-gru yang mengajar di
SMA Sinar Komodo dan menjadi babak baru sebagia barisan baru untuk menghadapi
masalah yang tak ada ujung selesainya dan semoga kehadiran mereka akan
meberikan semangat baru untuk sebuah perubahan.
Saya dan kawan-kawan guru berkeyakinan semua akan
terselesai dengan damai sebab pun kami tahu bahwa tak ada manusia di dunia ini
yang tak setuju mendirikan sebuah tempat pendidikan kecuali manusia tersebut
tak peduli dengan sebuah perubahan.
Kadang isu sara’ mengaung dengan adanya sekolah tersebut,
namun saya dan kedua teman saya berusaha mengaburkan hal tersebut dan sangat
kecewa dengan seorang yang meghembuskan kabar yang tak benar tersebut.
Semangat saya mendampingi sekolah tersebut kadang
bergerser sedikit-demi sedikit, kadang hampir pudar, sebab kadang ragu dengan
semangat yang masih tersisa sedikit ini. Kadang jika saya memasuki ruang kelas
dan mengjar di depan siswa-siswa, meraka sering melontarkan pertanyaan yang
sama dengan kemarin “pak apakah izin operasional sudak keluar?”, saya tak kuasa
menjawab pertanyaan siswa-siswa saya tersebut sebab kepastian izin yang di
berikan pemerintah masih kabur dan mungkin hanya jadi mimpi buat saya dan
kawan-kawan guru yang lain. Tapi saya tak ingin sisaw-siswa saya ikut larut
dengan semangat saya yang makin memudar “belajarlah, terus belajar, esok kalian
akan menemukan jawaban dari apa yang kaalian tanyakan, jangan pikirkan tapi
buktikan kalo kalian masi punya harapan untuk belajar dan bersekolah
disini”pintahku dengan mata berkaca-kaca di depan sisaw-siswaku.
Hampir semua sekolah Negeri yang setara dengan SMA di
labuan bajo manggarai barat menerima siswa baru dri batas maksimal yang
dibutuhkan demi memenuhi hasrat guru yang ingin mengikuti sertivikasi, padahal
daya tampung sekolah tak memungkinkan sekolah tersebut untuk menerma siswa
baru. Sehingga sekolah swasta seperti SMA Sinar Komodo dan baru di labuan bajo
sangat minim pendaftar.
Pun tak mengapa 18 orang yang mendaftar di SMA sinar
komodo sudah lebih dari cukup bahwa masih ada yang peduli di sekolah tersebut
dan saya bertekat dengan 18 orang tersebut akan mengaguang di manggarai barat
bahkan nasional, inilah janji seorang guru pada dirinya dan pada
sisswa-siswanya.
Namun kadang semaagat dan janji tersebut akan pudar mana
kala bapak ketua yayasan memeberi tahukan bahwasannya izin operasional di
batalkan padahal telah di ketik dan akan di prin serta tanda tangan. Kornologis
cerita pengajuan izin operasinal itu di mulai bulan Mei 2012 dan puncaknya
terajadi pada bulan Juli 2012, bapak ketua yayasan bersama kepala sekolah pun
telah mendatangi pihak terkait menyakut surat keramar tersebut “surat izin
operasional sekolah”, dari Kepala Dinas PPO, sekretaris dinas, kabag yang
berhubungan dengan surat keramat tersebut bahkan telah sampai kepada bapak
bupati, namun sia-sia dan hnya harapan hampa yang tak pasti dengan jawaban.
Alasan luas tanah menjadi alasan dibatalkan izin tersebut, minimal 2 ha untuk
membangun sekolah sedangkan tanah yaang sekolah kami tampati kurang 4000 untuk
mendapatkan 1 ha.
Pernyataan ini membuat pikiran saya dan teman guru kacau,
mau diapkan siswa-siswa kami yang telah terlanjut mengikuti prose belajar
mengajar, mau di bawa kemana cita-cita meraka jika izin sekolah yang merak
tempati tak akan di keluarkan. Surat izin operasional ini ibarat surat keramat
yang harus melakukan ritual panjang dan jika salah melakukanya maka tak akan
pernah keluar.
Kompetensi dan keprofesional kami sebagi guru di SMA
sinar Komodo tetap kami pertahankan, tak ingin masalah ini sampai siswa-siwa
kamu surut dan tau sehingga semangat mereka berkurang. Kami yakin Tuhan masih
akan turun tangan dan meraka yang bertahan untuk tak mengaeluarkan surat
keramat tersebut akan melembut dan berkenan mengeluarakan sebab semua ini untuk
sebuah generasi yang masih merangkak dan perlu di papah untuk berdiri.
Kami
Rela Tak di gaji Nak, Asal kalian Tetap semangat Belajar..!!
Sindiran dan menyudutkan sekolah tersebut bagai banjir
yang tak hentinya, kadang semua itu datang dari keluarga sendiri yang tak rela
masa depan saya sebagai guru akan berhenti pada sekolah yang tak jelas kapan
surat keramat itu akan dikeluarkan.
Beberapa pilihan untuk bekerja di tempat lain pun datang
pada saya, baik menjadi guru Bimbel Bintang Pelajar dan program pemerintah
SM3T, bahkan sudah masuk kategerori peserta, namun semuanya saya batalkan demi
kebersamaan dan pekorboanan bersama guru-guru yang berada di SMA Sinar Komodo.
Tawaran menjadi guru di Profinsi Sulawesi Selatan pun mengahampiri.
Keputusan di ambil agar tak ada penyesalan. Dan ayah tercintah berada di
belakang semangat ini. Walaupun saya dan teman-teman guru di gaji dengan dana pribadi
sang ketua yayasan, yang tidak sewajarnya bila di bandingkan dengan sebuah
keperofesional kami serta harapan yang kami inginkan. Tapi karena masi terlihat
semangat yang masi tersisa dari elemen sekolah tersebut kami rela tak di gaji.
Untuk sebuah kemanjuan pendidikan daerah sendiri kami pun
rela tak di perhatikan oleh pemerintah setempat, sementara kami tahu kebutuhan
seseorang yang bukan asli daerah itu dipenuhi seperti anak kandung sendiri dan
kami di anak tirikan.
“anak-anak ku belajarlah, dan bertanyalah sepuasmu kepada
saya dan guru-guru yang lain” pintahku pada siswa-wi ku kala hendak membuka
pelajaran dan menutup pelajaran. Motivasi dan semangat hidup selalu kami
berikan pada anak didik kami, menceritakan pengalaman kami saat kuliah membuat
anak didik kami makin berselera untuk belajar. Sebab kami tau, kami harus
memberikan makanan yang sedap pada anak didik kami agar mereka tetap bertahan
dan kuat menggapai cita-citanya.
Kadang kemalasan mengahantui anak didik kami, apalagi
sebagian mereka dikategorikan anak-anak tidak mampu yang tentunya membutuhkan
bantuan dari berbagai pihak. Sehingga awal berdirinya sekolah tersebut seluruh
siswanya di gatiskan (tidak membayar uang sekolah dan pembangunan). Namun di
tahun kedua ini mereka di kenakan biaya dan masih bisa orang tuanya
menanggulangi.
Cerdas, kreatif, inovatif dan cekatan selalu kami
utamakan untuk siswa/wi yang kami, omptimal dalam menjajar selalu kami
utamakan. Kami mengajar dengan sisa semangat yang ada, walau kadang banyak
kerikil yang menimpa. Sekolah kami hanya butuh surat keramat (izin operasional)
tersebut namun terkendala pada persyaratan yang baru di buat “katanya”(red.PPO)
yaitu tanah harus luah 2 ha, padah jika melihat ke kota-kota besar saja,
ambillah contoh: SMAN 3 Kota Makassar, SMK Pratidina Makassar, SMA Gunung Sari
Makassar, SMA Yasin Bima, SMA Al-Ma’rif Bima memeliki luasa tanah hampir sama
dengan SMA Sinar Komodo, tak perlu yang jauh SMA Muhammadiyah Terang, MTs
Marombok, MTs Terang, malah lebih luas tanah yang dimilki SMA sinar Komodo.
Yang bawah boleh membandingkan dan mengeritik, tapi jika
yang diatas menutup kedua telinganya dan menutup mata hati maka percuma saja.
Saya dan teman-teman guru yang lain hanya menunggu sebuah keajaiban,
keterbukaan sebuah pemikiran dan semua pihak bisa melihat dari sisi pendidikan
bukan dari sisi politik dan bisnis, sebab jika pendidikan berbaur dengan
politik dan bisnis maka Pendidkan di manggarai barat akan jauh dibelakang. Saya
dan guru-guru lain rela kembali di kampung sendiri dan mengabdikan ilmu yang
kami miliki, namun jika kami masih di anak tirikan dan hilang di kampung sendri
maka pun suatu saat kami hanya berharap “biarlah kami seperti ini, tapi jangan
lakukan kepada generasi dibawah kami yang telah jauh kuliah di daerah lain”.
“semangatlah anak-anakku, esok kejarlah cita-citamu, tak
perlu mengenang kami, tapi kembali lah dan majukan pendidikan di kampungmu”.
23 Juli -21 Agustus 2012
Komentar