PADA SIAPA KU BERTANYA AYAH..??
Bapak Ku (di kuburan Nenek Tercinta) |
Ayah, kubutuh dekapan dan
nasehatmu tapi apakah mungkin saya terlalu egois menghadapi ayah dan masi
menutup di paada ayah kandungku sendiri. Hari raya idul adha kemarin (26/10/12)
saya kembali meminta maaf pada mu sebab 2 minggu lamanya kita tak menyapa.
Ingin rasanya ku ungkapkan bahwa sungguh berat saya harus menghadapi transisi
kehidupanku ini.
Kumohon ayah mengerti, dan
ayah bisa epat menegerti. Jika kelak ada yang membaca tulisan ku ini, entah
anda harus mengatakan aku cengeng atau apalah itu, tapi inilah pelampiasan
kejenuhanku pada kehidupan pun saya berkeyakinan dengan menulis saya mampu
menghindari pelampiasan yang salah.
Saya ingin berkeluh kesah
pada tuisan, sebab banyak hal yang tak bisa saya ungkapankan pada ayah. Tentu
tiap hari saya berharap ayah akan menjadi pimpinan yang baik di gubuk
sederhanaku bersama ibu keduaku walau tanpa ibu kandungku, kelengapan keluarga
belum pernah saya rasakan seutuhnya. Kadang gejolak jiwa memanas namun harus
saya akui saya telah beranjak dewasa dan harus menjadi panutan adik-adik ku dan
siswa-siswaku.
Sekarang ayah jrang
meneggur, kala saya meninggalkan rumah terlalu malam, atau ayah megerti
keadaanku atau malah ayah bosan menegurku kembali. Pun ayah, dan ayah perlu
tahu, ku tinggalkan malam pada waktu orang-orang terlelap tak ada niat saya
membuang waktu untuk berhura-hura mealinkan membuang penak, dan mengubur segala
problema yang tak berguna.
Ayah, saya selalu
ditanamkan untuk selalu jujur, ayahpun selalu menasehatiku untuk hidup
sederhana, tak sombong bahkan selalu menghargai orang lain. Itu dilihat kala
ayah bekerja sebelum mtahari terbit dan pulang saat mataahari akan terbenang.
Ayah bekerja banting tulang, ayah bekerja tak mengenal waktu, bahkan banyak
oarng mengatakan ayah sangat gesit bekerja. Yah, saya bisa melihat dari kulit
ayah yang makin hari makin keriput, rambut yang makin hari makin memutih. Tapi
semangat ayah bekerja pun ada oarang yang iri dan dengki pada aayah, pun ayah
tak menaruh dendam apaada orang tersebut malah ayah yang menegurnya walaupun
orang tersebut tak merespon teguran ayah.
Pun saya seperti ayah,
bekerja untuk pendidikan kota kelahiranku ini, bekerja untuk kemajuan pendidikan
kota ini, walaupun banyak manusia yang tak merespon dengan apa yang saya
lakukan bersama rekan guru yang lain.
Ayah, kala aayah menanyakan
gaji ku sebagai guru. Ayah harus tau gajiku tak seberapa karena sungguh aku
iklas mendidik, sayaa iklas bekerja untuk kemajuan pendidikan di Kab. Manggarai
Barat ini.
Tak perduli harus saya
korbankan masa mudaku yang bercengkrama dengan ngopi bareng teman-teman di
kaffe. Menjadi kepala sekolah di dua sekolah yaang hendak di bangun adalah
sebuah pekerjaan yang sangat sulit di usiaku yang beranjak 23 tahun.
Ayah, saya contohi
semangatmu, bekerja dan bekerja, ayah melayani para kapten agar terpenuhi bahan
bakar kapalnya, maka saya melayani masayarakt yang ingin belajar menjadi
cerdas, menjadi pemimpin di kota dunia ini agar tak selalu di bodohi oleh
oarang luar.
Ayah, saya pun seperti mu,
berusaha selalu jujur, selalu profesional terhadap pekerjaan, selalu melayani
penuh tanggng jawab, tapi ayah pun sepertimu ada saja orang yang tak senang
dengan apa yang saya lakukan. Padahal sekolah yang saya pimpin tergolong
sekolah yang baru lahir dari bumi ini, masi mencari identisas. Perlu di latih,
perlu di bina namun kesenjangan mulai terjadi antara saya dan seorang teman.
Yah, mungkin saja dia tak bisa menerima kala dia di pimpin oleh anak kecil
sekecil saya. Tapi ayah saya sudah bertekat kecerdasan yang Tuhan berikan tak
akaan membuatku goyah dalam bertindak selam itu benar, selama itu tak merusaak
sekeliling aakaan sayaa jaalaani lewat tuntunan Tuhan.
Ayah, kelak esok ayah akan
menegerti bahwa saya selalu mengidolakanmu, selalu menyangimu, kelak esok
engkau akan menegerti bahwa anakkmu ini akan membangakan dirimu, dunia dan
akhirat.
Labuan bajo, 31 Oktober
2012 Jam 00.52 WITA
Komentar