entah esok atau atau kapan..???


“Asisten yang jahat
Untuk mama yang ada dikampung “Aku minta maaf MA’ karena aku gagal menjalankan amanah dari mama” kemarin aku tidak masuk praktikum, hanya karena persoalan laporan. Aku memang anak yang tak pantas untuk mama banggakan….
Untuk asisten yang jahat, Apakah kalian punya hati.?, mengapa kalian sungguh kejam membuat air mata mama saya jatuh.? Apakah kalian juga tidak mempunyai mama yang seperti saya..??? yang ingin melihat anaknya menjadi seseorang yang dia inginkan… Mengapa???…..Mengapa kalian membuat air mata mama saya jatuh, uang yang dia dapatkan untuk membeyar uang praktikum tidak segampang seperti mengembalikan telapak tangan, namun mengapa kalian asisten yang jahat yang menerima uang dar hasil kerja keras mama saya lalu kalian melarang kami untuk masuk praktikum… Apakah ini bentuk pembalasan dendam parah asisten yang jahat,,??? Sekalih lagi Ma’ aku minta maaf. Aku harap air mata mama adalah pelajaran buat aku dan pelajaran buat para asisten yang jahat.
“Aku Cinta Mama”
(dikutip dari Facebook Abdy Miosis)
Entah saya harus memulai dari mana, sebab tulisan di atas mengantarku pada kesedihan yang amat dalam. Pertanyaan yang muncul adalah “berapa banyak lagi abdy yang akan menulis tentang hal serupa?”. Saya tak bisa menyalahkan abdy karena menulis gundah gulannya sebab itulah apresiasi sastranya, dan saya pun tak bisa menyalahkan asisten sebab aturan bercumbuh denganya.
 “air mata mama”, sebuah kalimat yang amat dalam. Betapa tidak kegalauan seorang abdy dan penyesalanya karena tak masuk praktikum bisa di bilang adalah sebuah kekecewaan yang amat dalam. Perasaan bersalah akan kepercayaan yang diberikan orang tuanya. Belajar dan berbuat adalah hal yang utama yang ditanamkan orang tua. “mama adalah Tuhan dimata seorang anak” ungkapan ini bila di sandingkan dengan tulisan abdy terdapat terkaitan yang amat erat.
Kekecewaan pada asisten (pembimbing praktikum pengganti dosen) sebenarnya telah lama terjadi pada mahasiwa biologi di UIN alauddin Makassar, hanya tidak semua dipublikasikan. Sayapun pernah seperti abdy, perasaan bersalah dan jengkel pada asisten. 4 tahun yang lalu tepatnya waktu itu saya masi semester satu. Saya tak mengerti dengan system tapi system mengajarku tentang mengetik menggunakan mesin ketik. Dahulu memang belum banyak yang tahu tentang koputer bahkan untuk nongkrong di dunia maya belum ada dan dahulu sebelum ada facebook, mahasiswa seperti saya masi menggunakan friendster. Praktikum pertama, begitu menyebalkan buat saya, Kimia Dasar, saya harus di pantul sebanyak 4 kali dan teman saya malah lebih dari itu. Acc pertama saya disuruh ulang satu laporan mulai bab satu sampai daftar pustaka karena saya tak menggunkan spasi satu setengah. Saya meminta keringanan pada coordinator praktikum Kimia namanya syamsul alam, tapi dia tak memberi tolerir sebab aturanya begitu. Dan terpaksa saya harus menggantinya dengan kesabaaran dan sedikit air mata jatuh di kertas-kertas putih itu. Saya mungkin terlalu cengeng sebab saya tak kuasa menghadapi mesin ketik yang baru buat saya, yang tak pernah kubayangkan sebelumya. Acc kedua, saya masi dipantul karena masalah latar belakang. Kemudian acc ketiga saya dan teman kelompok saya ke rumah asisten saya untuk memeriksa ketigaa kalinya. Dan laporan saya dan teman saya waktu itu masi di pantul hanya masalah tulisan. Kami tidak ditanya mengenai isi laporan tapi kami di tanya kenapa tulisanya begini, kenapa garisnya begitu?. Malam itu saya dan teman saya berusaha memujuk agar di acc dulu tapi asisten tetap tak memberi harapan.
Malam ini saya dan teman-teman saya tidak terima apa yang dilakukan asisten, apa lagi malam itu hujaan-hujan dan kami rela jalan dari kos kami masing-masing hanya ingin sebuah nilai dan bisa masuk praktikum berikutnya. Belum lagi kami harus selesaikan laporan Biologi dan Fisika. Malam yang penuh kejengkelan, dan waktu pulang kejadian yang tak di duga, teman saya hampir tertabrak motor. Oh Tuhan entah apa yang harus kami perbuat, entah apa yang harus kami lakukan agar kami di bimbing penuh cinta dan kasih sayang.
Cerita di atas adalah sebagian kecil dari cerita yang membuat perasaan jengkel. Namun akan saya utarakaan cerita yang mungkin aasisten yang pernah menjadi asistku di praktikum Fisiologi Tubuhan. Hal yang serupa yang di alami abdy, saya tak diperkenankan masuk praktikum karena saya belum meriksa laporan. Laporan Fisiologi adalah laporan yang harus di tulis tangan dan tulisan saya begitu jelek. Praktikum pertama saya hadir dan saya mengerjakan laporan, dan sempat saya periksa pada asisten yang bersangkutan. Praktikum kedua saya hadir namun pada saat itu saya mengalami masalah keluarga yang begitu dalam, ayahku menelpon dan menyuruh saya pulang agar tidak melanjutkan kuliah sebab beliau tak mampu membiayaiku. Pada saat itu saya benar-benar tak bisa berfikir panjang dan bagi saya inilah masalah yang begitu besar, pilihan pertama saya bertahan dan kuliah tapi ayah tak akan mengirimkan uang lagi pada saya. Dan pilihan kedua saya harus pulang tapi saya sudah semester empat. Semuanya jadi bertubrukan antara pilihan satu dan dua, mana kala itu laporan saya per minggu ada 4 laporan yang harus di selesaikan. Saya benar-benar putus asa. Di saat kuliah dan praktikum begitu padat saya harus berbentur dengan pilihan yang amat sulit. Akhirnya saya putuskan tetap kuliah, dan waktu itu saya langsung bekerja. Sulit rasanya mebagi waktu untuk kerja laporan dan untuk cari uang. Hingga akhirnya 2 laporan Fisiologi tumbuhan tak saya kerjakan. Pada praktikum keempat saya tak di izinkan masuk, dan pikiran saya waktu itu amat kacau. Saya tau saya yang salah, saya tak bisa berbuat apa-apa, padahal akal saya cepat berfungsi biasanya tapi pada saat pikiran saya amat pendek dan tidak mau melanjutkan praktikum selama dua kali praktikum. Tapi saya mengingat waktu asistensi kalau dua kali tak mengikuti praktikum masih bisa ingkut praktiku berikutnya dan akhirnya dengan semangat yang tersisa saya pun mengerjakan laporan yang tertunda, setelah selesai akhirnya saya menghadap asisten saya dan apa yang dia katakan pada saya “jangan mako bawa laporanmu, kau tidak bisami masuk praktikum minggu ini” katanya kepadaku dihadapan teman-temanku. Tanpa pamit ketinggalkan asisten yang bai hati itu. Dan kuputuskan biarlah aku tak mengikuti parktikum Fisiologi Tumbuhan sampai selesai. Saya begitu tak habis berfikir, semaangat yang tersisa dikubur oleh batu bara yang panas, sepertinya dia dewa yang menentukan keputusanya. Kalau mau di bilang rasa benci pada asisten tersebut masi tersisa. Saya berusaha bangun dari jurang tapi masih ada reruntuhan yang menimpakau. Maka sampai saya sarjana saya membawa nilai Fisiologi Tumbuhan dengan nilai 1 (satu) dan tertuang di transkip nilai akhirku.

Tak ada yang berbeda dengan tulisan abdi, sebab hal serupa yang dilakukaan aabdy dan kawan-kawanya pernaah saya laakukan dengan kawan-kawaanku pada waktu praktikum Botani Tingkat Tinggi (BTT). Cerita-cerita di atas tak ada maksud menyudutkan asisten sebab saya pun adalaah asisten. Hanya saja sampai kapan kisa seperti saya, seperti abdy dan kawan-kawan yang lain berakhir? Apakah harus menunggu super hero yang akan menyelesaikan nya atau kita hanya membicarakannya setelah itu lenyap?. Setidaknya tak aka ada air mata mama mengalir karena anaknya. entah esok atau atau kapan.





Komentar

Postingan Populer